Sabtu, 06 Desember 2014

STRATEGI PENYAMPAIAN

STRATEGI PENYAMPAIAN

A.    Pengertian Strategi Penyampaian
Uraian mengenai strategi penyampaian pembelajaran menekankan pada media yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa, dan struktur belajar mengajar yang digunakankan. Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi penyampaian (delivery strategy) adalah cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari siswa. Dengan demikian, strategi ini juga dapat disebut sebagai strategi untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan  informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja seperti latihan dan tes.
Gagne dan Briggs (1979) menyebut strategi ini dengan delivery system, yang didefinisikan sebagai“the total of all components necessary to make an instructional system operate as intended”. Pada dasarnya strategi penyampaian mencangkupl ingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran. Itulah sebabnya, media pembelajaran merupakan bidang kajian utama strategi ini (Degeng, 1989).
Menurut Degeng (1989) secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu sebagai berikut:
1.      Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa, baik berupa orang, alat, ataupun bahan.
2.      Interaksi siswa dengan media adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan yang dilakukan oleh  siswa dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar.
3.      Bentuk (struktur) belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada siswa akan belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan, ataukah belajar mandiri.
Paling tidak ada 5 cara dalam mengklasifikasi media untuk memprediksi strategi penyampaian:
(1)   Tingkat kecermatannnya dalam menggambarkan sesuatu,
(2)   Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya,
(3)   Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya,
(4)   Tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya, dan
(5)   Tingkat biaya yang diperlukan

B.     Penyampaian Informasi
            Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang mampu menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan dengan baik akan menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.
            Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian, informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan ruang lingkup dan jenis materi.
            Bahan atau materi pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Secara umum sifat bahan pelajaran dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.
            Dalam menyampaikan bahan pelajaran perlu memperhatikan dalam menetapkan bahan pelajaran. Nana Sudjana (1989: 67), mengemukakan hal-hal yang diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran yaitu sebagai berikut:
1.      Bahan harus sesuai dengan menunjang tercapainya tujuan
2.      Bahan yang ditulis dalam perencanaan pengajaran terbatas pada konsep/garis besar bahan, tidak perlu dirinci.
3.      Menetapkan bahan pengajaran harus sesuai dengan urutan tujuan.
4.      Urutan bahan pengajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan atau kontinuitas.
5.      Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkret menuju yang abstrak, sehingga siswa mudah memahaminya.
            Hal yang diperlukan dalam menetapkan bahan adalah kemampuan guru memilih bahan yang akan diberikan pada siswa. Guru harus memilih bahan mana yang perlu diberikan dan mana yang tidak perlu. Dalam menetapkan pilihan tersebut Nana Sudjana (1989:70) mengemukakan untuk memperhatikan yaitu sebagai berikut:
a.       Tujuan pengajaran
b.      Urgensi bahan
c.       Tuntutan kurikulum
d.      Nilai kegunaan
e.       Terbatasnya sumber bahan.
1.      Urutan penyampaian
Urutan penyampaian materi pelajaran harus menggunakan pola yang tepat. Urutan materi yang diberikan berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat konkret ke hal-hal yang bersifat abstrak atau dari hal-hal yang sederhana atau mudah dilakukan ke hal-hal yang lebih kompleks atau sulit dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan apakah suatu materi harus disampaikan secara berurutan atau boleh melompat-lompat atau dibolak-balik, misalnya dari teori ke praktik atau dari praktik ke teori. Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan memudahkan peserta didik cepat memahami apa yang ingin disampaikan oleh gurunya.
2.      Ruang lingkup materi yang disampaikan
Besar kecilnya materi yang disampaikan atau ruang lingkup materi sangat bergantung pada karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari. Umumnya ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat penentuan tujuan
pembelajaran.
Hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt. Teori tersebut menyebutkan bahwa bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil tadi. Atas dasar teori tersebut perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Apakah materi akan disampaikan dalam bentuk bagian-bagian kecil seperti dalam pembelajaran terprogram (programmed instruction).
b.      Apakah materi akan disampaikan secara global/keseluruhan dulu baru ke bagian-bagian. Keseluruhan dijelaskan melalui pembahasan isi buku, selanjutnya bagian-bagian dijelaskan melalui uraian per bab.
3.      Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat ertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, saran, atau tanggapan). Merril (1977 : 37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis, yaitu fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dalam isi pelajaran ini terlihat masing-masing jenis pelajaran sudah pasti memerlukan strategi penyampaian yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, dalam menentukan strategi pembelajaran, guru harus terlebih dahulu memahami jenis strategi yang akan disampaikan agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai, contoh :
a.       Apabila peserta didik diminta untuk mengingat nama suatu objek, simbol, atau peristiwa, bearti materi tersebut berbentuk fakta sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah dalam bentuk ceramah atau tanya jawab.
b.      Apabila peserta didik diminta menyebutkan suatu definisi atau menulis ciri khas dari suatu benda, berarti materi tersebut berbentuk konsep sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah dalam bentuk resitasi, penugasan, atau diskusi kelompok.
c.       Apabila peserta didik diminta mengemukakan hubungan antar beberapa
konsep, atau menerangkan keadaan ataupun hasil hubungan antar berbagai
konsep, berarti materi tersebut berbentuk prinsip sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah berbentuk diskusi terpimpin dan studi kasus.

C.    Media
            Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘pengantar’, atau perantara. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.Apabila media adalah sumber belajar, maka secara luas media adapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Atwi Suparman (1997) mendefinisikan bahwa media merupakan alat. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Martin dan Briggs (1986), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.
            Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup tinggi karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.
            Peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media.
1.      Media sebagai Alat Bantu
            Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena media dapat membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran kepada peserta didik karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran akan sulit dipahami oleh peserta didik, terutama bahan pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan bahan pelajaran yang tidak disukai oleh peserta didik.
            Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar, dan lain sebagainya.
            Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan kenyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi tingkat kosentrasi siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaika oleh guru dalam tenggang waktu yang cukup lama. Namun, seorang guru tidak dapat menggunakan media sebagai alat bantu secara sembarangan, maka dari itu seorang guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan pengajaran serta kompetensi guru dalam menggunakan media yang akan digunakan agar tidak mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.
2.      Media sebagai Sumber Belajar
            Belajar mengajar adalah suatu proses pengolahan sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap peserta didik. Nilai-nilai itu terambil dari berbagai sumber. Udin Saripuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata (1991:65) mengelompokkan sumber-sumber belajar ada lima kategori, yaitu: manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Oleh karena itu, sumber balajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (peserta didik).
            Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional dan dengan kompetensi
yang dimiliki oleh guru sendiri.
            Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sulit dilaksanakan, karena terbatasnya dana untuk membeli. Oleh karena itu, disarankan seorang guru membuat media pembelajaran yang sederhana untuk menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak dilihat dari kemahalan suatu media, tapi yang sederhana saja bisa mencapainya, asalkan guru yang menggunakannya harus pandai dalam mengaplikasikan media tersebut. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan jepada peserta didik dalam proses belajar mengajar.
3.      Macam-macam Media
a.       Dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi:
v  Media Auditif
Media auditf yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
v  Media Visual
Media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbul yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.
v  Media Audiovisual
Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua media (suara dan gambar). Media ini dibagi ke dalam:
1.      Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti: film bingkai suara.
2.      Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menam[ilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti: film suara dan video-cassette.
3.      Audiovisual murni, yaitu unsur suara dan gambar berasal dari satu
sumber seperti: film video-cassette.
4.      Audiovisual tak murni, unsur suara dan gambar berasal dari sumber
yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang gambarnya bersumber
dari slides proyektor dan suara bersumber dari tipe recorder.
b.      Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
v  Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah peserta didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: radio dan televise.
v  Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus, seperti: film yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
v  Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, seperti: modul berprogram dan pengajaran melalui computer.
c.       Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
v  Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
v  Media kompleks
Media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan pengguanaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
d.      Leshin, Pollock &Reigeluth (1992) mengklasifikasikan media kedalam lima kelompok, yaitu :
v  Media berbasismanusia (pengajar, instruktur, tutor, bermainperan, kegiatankelompokfield trip)
v  Media berbasiscetak (buku, bukulatihan(worbook), danmodul)
v  Media berbasis visual (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide)
v  Media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, dantelevisi)
v  Media berbasiskomputer (pengajarandenganbantuan computer, interaktif
video, hypertext).
4.      Interaksi Siswa dengan Media
            Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga mampu merangsang dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Dengan demikian, akan tumbuh interaksi antara media pembelajaran dan siswa dalam belajar. Adanya interaksi positif antara media pembelajaran dan siswa pada akhirnya akan mampu mempercepat proses pemahaman siswa terhadap isi pembelajaran. Itulah sebabnya komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan-kegiatan belajar tersebut (Degeng, 1989).
5.      Bentuk Balajar Mengajar
MEDIA PEMBELAJARAN
BENTUK BELAJAR MENGAJAR
KEGIATAN BELAJAR
            Pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai bentuk maupun cara. Seperti diungkapkan Gagne bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan anatar bentuk pembelajaran dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang harmonis. Gambar berikut menunjukkan interaksi antara media, kegiatan  belajar, dan bentuk mengajar (Degeng, 1989).















6.      Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Media
            Dalam menggunakan media pengajaran seorang guru diharapkan dapat
menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan atau materi yang akan diajarkan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
            Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
a.       Tujuan pemilihan
Pemilihan media yang digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan yang
jelas, misalnya: media tersebut digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat umum ataukah sekedar hiburan untuk mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau individu, apakah untuk anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, atau masyarakat kota. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
b.      Karakteristik media pembelajaran
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu. Memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
c.       Alternatif pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru dapat menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan.
            Dalam menggunakan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaannya dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Dr. Nana Sudjana (1991: 104) adalah:
a.       Menentukan jenis media dengan tepat; artinya sebaiknya gurumemilih terlebih
dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang
akan diajarkan.
b.      Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai tingkat kematangan/kemampuan peserta didik.
c.       Menyajikan media dengan tepat; artinya teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
d.      Menetapkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.
7.      Fungsi Media
            Seberapa pentingmya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peranan dari seorang guru, karena media hanya memfasilitasi guru dalam pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nada Sudjana (1991) yaitu sebagai berikut:
a.       Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b.      Penggunaan media pengarajan merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ininberarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsure yang harus dikembangkan guru.
c.       Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d.      Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap  pengertian yang diberikan guru.
e.       Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
f.       Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
            Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan dalam proses belajara mengajar, maka akan terlihat peranannya yitu sebagai berikut:
a.       Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu
bahan yang guru sampaikan.
b.      Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Paling tidak guru dapat memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c.       Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkrit berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa,  baik individual maupun kelompok. Kekonkritan sifat media akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
            Sedangkan fungsi media menurut Pupuh dan Sobry (2007) yaitu sebagai berikut:
a.       Menarik perhatian siswa
b.      Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pengajaran
c.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas
d.      Mengatasi keterbatasan ruang
e.       Pengajaran lebih komunikatif dan produktif
f.       Waktu pembelajaran bisa dikondisikan
g.      Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
h.      Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar
i.        meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
8.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Media Pembelajaran
            Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat dan sesuai prinsip-prinsip pemilihan, perlu juga memperhatikan faktor-faktor lain, yaitu sebagai berikut:
a.       Objektivitas
Metode dipilih bukan karena kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan
untuk keperluan dalam kegiatan belajar mengajar. Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pengajaran harus dihindarkan. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Apabila secara objektiv, berdasarakan hasil penelitian atau percobaan. Suatu media pengajaran menunjukkan keefektifan dan keefisienan yang tinggi, oleh karena itu guru jangan merasa bosan untuk menggunakannya.  Untuk menghindari pengaruh unsure subjektivitas guru, maka alangkah baiknya apabila memilih media pengajaran guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawatnya atau melibatkan siswa.
b.      Program pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program itu snagat baik, jika tidak sesuai dengan kurikulum maka ia tidak akan banyak membawa manfaat, bahkan mungkin  hanya menabah beban, baik bagi peserta didik maupun guru karena akan membuang waktu, tenaga, dan biaya. Terkecuali jika program itu hanya dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang saja, dari pada peserta didik bermain-main yang tidak memeliki manfaat.
c.       Sasaran program
Sasaran program yang dimaksud adalah peserta didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat usia tertentu dan pada kondisi tertentu tentu peserta didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Oleh karen aitu media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik drai segi bahasa, symbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya, maupun waktu penggunaanya
d.      Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam menentukan  pilihan media pengajaran yang akan digunakan. Situasi dan kondisi yang dimaksud yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:
v  Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan
dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, dan vasilitasnya.
v  Situasi serta kondisi anak didik yang mengikuti pelajaran mengenai
jumlahnya, motivasi, kegarirahannya. yakni situasi dan kondisi sekolah
atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan.
e.       Kualitas teknik
Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan,
apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekaman suara atau gambar-gambar dan alat-alat lainnya yang kurang jelas atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan. Suara atau gambar yang kurang jelas bukan saja tidak menarik, tetepi juga dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
f.       Keefektifan dan efisiensi penggunaan
Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan keefisiensi berkenaan dengan  proses pencapaian hasil tertentu. Keefektifan dalam menggunakan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh peserta didik dengan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut, waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin.
9.      Prinsip-Prinsip Pemilihan Media Pengajaran
            Dalam menggunakan media pengajaran,hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip tertentu agar penggunaan media dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip yang dimaksud yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (1991) yaitu sebagai berikut:
a.       Menentukan jenis media yang tepat. Artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahna pelajaran yang diajarkan.
b.      Menetapkan atau mempertimbangkan subjek dengan tepat. Artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan peserta didik.
c.       Menyajikan media dengan tepat. Artinya teknik dan metode penggunaan
media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode,
waktu, dan sarana.
d.      Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi amna pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat menggunakan media pengajaran
tanpa kepentingan yang jelas.
10.  Pengembangan Dan Pemanfaatan Media Sumber
            Media pengajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa dan bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar mengajar. Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajara menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut:
a.       Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b.      Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Hal ini berarti media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
c.       Media pengajaran dalam pembelajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Hal ini dimaksudkan bahwa penggunaan media melihat pada tujuan dan bahan pelajaran.
d.      Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e.       Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
f.       Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media sebagai hasil belajar yang dicapai siswa akan tambah lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.
            Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan media pengajaran kan terjadi  jika penguasaan terhadap karakteristik media itu sendiri sangat kurang. Pemanfaatan media dengan maksud mengulur-ngulur waktu tidak dibenarkan.    
11.  Langkah-Langkah Mempergunakan Media Dalam Mengajar
            Ada enam langkah yang dapat ditempuh guru dalam mengajar yang mempergunakan media. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media
b.      Persiapan guru dengan cara memilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan
c.       Persiapan kelas
d.      Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media
e.       Langkah kegiatan belajar siswa. pemanfaatn media oleh siswa sendiri dengan empraktekan nya atau oleh guru langsung, baik di dalam maupun diluar kelas
f.       Langkah evaluasi pengajaran. Sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana penggunaan media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasialn proses belajar siswa.
            Manfaat penggunaan media dalam kegiatan mengajar, terutama untuk tingkat SD, sangat penting karena pada masa ini siswa masih berpikir konkrit,belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang tidak mampu atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidak mampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh peranan media. Di sini nilai praktis media terlihat, yang bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
            Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran yaitu sebagai berikut:
a.       Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
b.      Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
c.       Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siwa.
d.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
e.       Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa
            Sedangkan nilai-nilai praktis media pengajaran menurut Sudirman N. dkk (1991) yaitu sebagai berikut:
a.       Membangkitkan motivasi belajar siswa
b.      Dapat mengontrol dan mengatur belajar siswa
c.       Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan atau disimpan untuk digunakan pada saat yang lain
d.      Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana matahari total atau binatang yang hidup di kutub
e.       Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya mempelajari tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop.




























DAFTAR RUJUKAN

Bahri, S. dan Aswan, Zein.2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Faturrahman, Pupuh dan Sutikno, Sobry.2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.
Gagne, R.M. dan Brigges, L.J.1979. Principle Ofinstructional Design. New York.: Holt Rinehart And Winston.
Martin, B.L. dan Briggs, L.J.1986. The Affective And Cognitive Domains: Integration Of Instruction And Research. New York: Education Technology Publication
Sudana, Nyoman.1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sudirman dkk.1987. Ilmu Pendidikan. Bandung:Remaja Kosda Karya.
Sudjana, Nana.1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Biru
Sudjana, Nana dan Ahmad.1991. media pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Suparman, Atwi.1997. Desain Intruksional. jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Suryosubroto.2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Wena, Made.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.